Sabtu, 07 April 2012

IKHLAS


IKHLAS

                Ikhlas artinya melakukan suatu amal kebaikan hanya karena Tuhan, bukan karena manusia, dan tidak mengharapkan kembali/tidak mengharapakan imbalan. Atau dapat juga berarti menerima kejadian apapun yang menimpa kita baik esensinya menyenangkan ataupun tidak menyenangkan bagi kita tanpa keluh kesah.
“Mutiara sangat indah bentuknya dan mahal harganya. Tahukah bagaimana proses terbentuknya mutiara yang indah tersebut? Ternyata si kerang untuk membentuk mutiara yang indah itu harus memasukkan benda asing ke dalam cangkangnya, dan itu berasa menyakitkan bagi si kerang mutiara tersebut. Sekian lama benda tersebut berada di dalam cangkang kerang mutiara sehingga menjadi sebuah mutiara yang indah. Begitu juga dengan kehidupan manusia. Pengalaman pahit dan sulitnya/pedihnya jalan hidup akan menjadikan si manusia indah seperti mutiara pada sekian waktu berikutnya, maka ikhlaslah menerima “pemberian”Nya, walau terasa menyakitkan. Cobaan/ujian terasa berat pada awalnya, namun akan mengecil di penghujungnya, Tuhan pasti tunjukkan jalan pada kita, dan penuhi keinginan kita, asal kita menerimanya dengan lapang dada”
Hanya enam huruf : I-K-H-L-A-S. Sederhana katanya, luas maknanya, dan amat berat menerapkannya.
Boleh jadi bibir berkata IKHLAS, namun tidak dengan hati dan pikiran kita. Ibarat kata pepatah dalamnya laut dapat diduga dalamnya hati siapa yang tahu.
35 tahun saya menjalani hidup sebagai hambaNya, baru sekarang saya sadar sesadar-sadarnya tentang makna IKHLAS. Ikhlas menerima pendamping hidup, membesarkan anak-anak, membahagiakan orang tua, bekerja dll.
Dalam carut-marutnya kehidupan dunia seringkali kita tergoda oleh “3 ta” ==è harta, takhta, wanita.
Tipisnya iman semakin memperburuk kualitas hidup kita di  mataNya. (Semoga kita terhindar dari hal-hal sedemikian)
Kadang naik, kadang turun, berputar seperti halnya roda kendaraan yang mengantarkan kita ke tempat tujuan. Kadang hidup sesuai yang kita inginkan, kadang hidup terasa pahit menghunjam. Orang bilang itulah ujian. Lagi-lagi : IKHLAS.
Seberapa tinggi pangkat yang kita punya, Presiden sekalipun ujung-ujungnya pastilah diminta pertanggungjawabannya pada Tuhan. Dan sebaliknya, serendah apapun kondisi seseorang juga diminta pertanggungjawabannya pada Tuhan. Padahal hidup ini penuh dengan “godaan” nafsu duniawi materi dan  immateri.
Lalu, bagaimana kita jalani hidup menuju keikhlasan total?
“KepadaMu....aku pasrahkan....
Seluruh jiwa dan ragaku....
Hidup matiku ada di tanganMu
Bahagia sedih ada di jariMu....”(petikan lagu Ebiet G. Ade, KepadaMu Aku Pasrahkan)
35 tahun hidup dan baru sekarang memahami makna IKHLAS. ‘Jiwa dan ragaku, hidup dan matiku ada di tanganMu.......’. Ya!Pemilik jiwa dan raga ini adalah Tuhan, kita –Alhamdulillah- diberikan kesempatan hidup untuk memaknai keagunganNya.
‘Bahagia sedih ada di jariMu’ Setiap tawa dan canda juga air mata adalah pula ketentuanNya.....
Subhanalloh!Benar-benar meleleh air mata bila menghayati benar-benar makna lagu ini.
IKHLAS, seberapa jauhkah keikhlasan yang kita miliki...??????
Ikhlaskah kita dengan teman yang senantiasa ‘mengganggu’ kita?
Ikhlaskah kita dengan harta kita untuk yang membutuhkan?
Ikhlaskah kita dengan tingkah polah anak-anak kita yang seringkali tidak sesuai dengan yang kita ajarkan?
Ikhlaskah kita dengan jabatan kita yang sangat kita banggakan?
Ikhlaskah kita dengan isteri/suami yang menjadi pendamping hidup?
Ikhlaskah kita bila Allah mengambil harta kita, mengambil nama baik kita, mengambil anak-anak yang kita banggakan, mengambil pangkat kita...........????
Ikhlaskah kita manakala Izroil mencabut nyawa kita?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar