IKHLAS
Ikhlas artinya
melakukan suatu amal kebaikan hanya karena Tuhan, bukan karena manusia, dan
tidak mengharapkan kembali/tidak mengharapakan imbalan. Atau dapat juga berarti
menerima kejadian apapun yang menimpa kita baik esensinya menyenangkan ataupun
tidak menyenangkan bagi kita tanpa keluh kesah.
“Mutiara sangat indah
bentuknya dan mahal harganya. Tahukah bagaimana proses terbentuknya mutiara
yang indah tersebut? Ternyata si kerang untuk membentuk mutiara yang indah itu
harus memasukkan benda asing ke dalam cangkangnya, dan itu berasa menyakitkan
bagi si kerang mutiara tersebut. Sekian lama benda tersebut berada di dalam
cangkang kerang mutiara sehingga menjadi sebuah mutiara yang indah. Begitu juga
dengan kehidupan manusia. Pengalaman pahit dan sulitnya/pedihnya jalan hidup
akan menjadikan si manusia indah seperti mutiara pada sekian waktu berikutnya,
maka ikhlaslah menerima “pemberian”Nya, walau terasa menyakitkan. Cobaan/ujian
terasa berat pada awalnya, namun akan mengecil di penghujungnya, Tuhan pasti
tunjukkan jalan pada kita, dan penuhi keinginan kita, asal kita menerimanya
dengan lapang dada”
Hanya enam huruf : I-K-H-L-A-S. Sederhana katanya,
luas maknanya, dan amat berat menerapkannya.
Boleh jadi bibir berkata IKHLAS, namun tidak
dengan hati dan pikiran kita. Ibarat kata pepatah dalamnya laut dapat diduga
dalamnya hati siapa yang tahu.
35 tahun saya menjalani hidup sebagai hambaNya,
baru sekarang saya sadar sesadar-sadarnya tentang makna IKHLAS. Ikhlas menerima
pendamping hidup, membesarkan anak-anak, membahagiakan orang tua, bekerja dll.
Dalam carut-marutnya kehidupan dunia seringkali
kita tergoda oleh “3 ta” ==è harta, takhta, wanita.
Tipisnya iman semakin memperburuk kualitas hidup
kita di mataNya. (Semoga kita terhindar
dari hal-hal sedemikian)
Kadang naik, kadang turun, berputar seperti halnya
roda kendaraan yang mengantarkan kita ke tempat tujuan. Kadang hidup sesuai
yang kita inginkan, kadang hidup terasa pahit menghunjam. Orang bilang itulah
ujian. Lagi-lagi : IKHLAS.
Seberapa tinggi pangkat yang kita punya, Presiden
sekalipun ujung-ujungnya pastilah diminta pertanggungjawabannya pada Tuhan. Dan
sebaliknya, serendah apapun kondisi seseorang juga diminta
pertanggungjawabannya pada Tuhan. Padahal hidup ini penuh dengan “godaan” nafsu
duniawi materi dan immateri.
Lalu, bagaimana kita jalani hidup menuju
keikhlasan total?
“KepadaMu....aku pasrahkan....
Seluruh jiwa dan ragaku....
Hidup matiku ada di tanganMu
Bahagia sedih ada di jariMu....”(petikan lagu
Ebiet G. Ade, KepadaMu Aku Pasrahkan)
35 tahun hidup dan baru sekarang memahami makna
IKHLAS. ‘Jiwa dan ragaku, hidup dan matiku ada di tanganMu.......’. Ya!Pemilik
jiwa dan raga ini adalah Tuhan, kita –Alhamdulillah- diberikan kesempatan hidup
untuk memaknai keagunganNya.
‘Bahagia sedih ada di jariMu’ Setiap tawa dan
canda juga air mata adalah pula ketentuanNya.....
Subhanalloh!Benar-benar meleleh air mata bila
menghayati benar-benar makna lagu ini.
IKHLAS, seberapa jauhkah keikhlasan yang kita
miliki...??????
Ikhlaskah kita dengan teman yang senantiasa ‘mengganggu’
kita?
Ikhlaskah kita dengan harta kita untuk yang
membutuhkan?
Ikhlaskah kita dengan tingkah polah anak-anak kita
yang seringkali tidak sesuai dengan yang kita ajarkan?
Ikhlaskah kita dengan jabatan kita yang sangat
kita banggakan?
Ikhlaskah kita dengan isteri/suami yang menjadi
pendamping hidup?
Ikhlaskah kita bila Allah mengambil harta kita, mengambil
nama baik kita, mengambil anak-anak yang kita banggakan, mengambil pangkat
kita...........????
Ikhlaskah kita manakala Izroil mencabut nyawa
kita?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar